Oposisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kanada telah menyerukan Perdana Menteri Justin Trudeau untuk mundur dari jabatannya setelah terlibat dalam serangkaian skandal politik yang mengguncang pemerintahannya.
Seruan untuk mundur itu datang setelah Komisaris Etika Kanada menemukan bahwa Trudeau telah melanggar Kode Etik Parlemen dengan mempengaruhi proses hukum terhadap perusahaan konstruksi SNC-Lavalin. Trudeau dituduh mencoba mempengaruhi Menteri Kehakiman untuk menyelesaikan kasus hukum perusahaan tersebut.
Selain itu, Trudeau juga terlibat dalam skandal “blackface” di mana ia terlihat mengenakan riasan hitam untuk menyamar sebagai orang kulit hitam dalam dua kesempatan yang berbeda. Skandal ini menuai kecaman dari berbagai kalangan dan dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas bagi seorang pemimpin negara.
Oposisi di DPR Kanada, yang dipimpin oleh Partai Konservatif, menilai bahwa Trudeau telah kehilangan kepercayaan publik dan tidak lagi layak memimpin negara. Mereka menuntut agar Trudeau segera mengundurkan diri dan memberikan kesempatan kepada pemimpin lain yang lebih layak untuk memimpin Kanada.
Namun, Trudeau menolak untuk mundur dan bersikeras bahwa ia masih mampu memimpin negara dengan baik. Ia meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya dan berjanji untuk belajar dari pengalaman ini.
Sementara itu, masyarakat Kanada juga terbelah dalam menyikapi skandal yang melibatkan Trudeau ini. Ada yang mendukung seruan untuk mundur, namun ada pula yang masih memberikan dukungan kepada Trudeau dan meminta agar kasus ini diselesaikan dengan cara yang adil.
Dengan kondisi politik yang semakin memanas, nasib Trudeau sebagai Perdana Menteri Kanada semakin tergoyang. Namun, apakah Trudeau akan benar-benar mundur atau tetap bertahan dalam jabatannya, itu akan menjadi pertarungan politik yang menarik untuk diikuti. Semua pihak berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya demi kebaikan negara Kanada.